Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Parodi Effendi Ghazalie

Tuesday, March 13, 2007

Parodi Effendi Ghazalie

Berolok-olok bisa jadi merupakan bagian dari menghibur diri.Menertawakan kegetiran hidup dan membungkusnya menjadi sebuah kelucuan sudah lama dilakukan.Dalam dunia pewayangan kita kenal tokoh Punakawan yaitu Semar,Gareng,Petruk dan Bagong.Secara fisik dan peruntungan hidup para punakawan itu nampaklah tidak beruntung.Fisik yang jelek dan hidup dalam keseharian yang “hanya” menjadi pembantu para ksatria,tidak menjadikan alasan untuk tidak bahagia.Mereka tetap bisa tertawa dengan memperolokkan kehidupan mereka sendiri.

Di masa kini Tukul melakukan hal serupa.Tukul menjadikan diri sebagai bahan olok-olokan.Tukul siap memperolokan diri sendiri dan siap menerima olok-olokan dari penonton meskipun terkadang mencapai batas yang sebenarnya kasar.Namun justru karena kemasan demikianlah acara Tukul banyak disukai.Memperolokan sebuah ketidak beruntungan,bukankah pada hakikatnya tidak setiap manusia dinaungi keberuntungan?.

Lain yang dilakukan Tukul,lain pula yang dilakukan DR. Effendi Ghazalie,seorang pakar ilmu komunikasi,yang membuat kemasan acara di Metro TV “Republik Mimpi”.Di sana Effendi Ghazalie tidak memperolokkan dirinya,namun Effendi lebih suka memperolokkan tokoh-tokoh nasional yang notabene adalah mantan Pemimpin negara kita.Di sana ada Gus Pur yang merupakan tiruan Gus Dur,Habudi yang merupakan tiruan Habiebie,Mega Karti yang merupakan tiruan Megawati Soekarnoputri.Bahkan pada edisi belakangan Effendi Ghazalie menampilkan tokoh tiruan Tukul Arwana yang bernama Tutul Louhan.

Kalau diperhatikan,sebenarnya format acara yang dikemas DR. Effendi Ghazali jauh lebih menarik ketika masih bernama Republik BBM yang ditayangkan stasiun tv Indosiar.Acaranya jauh lebih terasa lucu,menyegarkan tanpa menimbulkan kesan paling benar sendiri.Format acara yang tampilkan adalah pemilihan kandidat Mentri atau Dirjen yang berkaitan dengan isu yang lagi hangat saat itu.Biasanya sentilan-sentilan ringan akan datang dari Presiden BBM dan wakilnya serta bintang tamu yang biasanya salah seorang pakar di bidangnya.

Ketika acara Republik BBM dihentikan,konon ada petinggi negara yang menekan pihak manajemen agar menghentikan acara tersebut,DR Effendi Ghazali memindahkan acaranya ke Metro TV.Di Metro TV format acara berubah menjadi format kantor berita.Maka disebutlah kantor berita Republik Mimpi yang bernama Newsdotcom.Pemeran Presiden juga berubah dari Taufik Savalas ke Butet K dan Wakil Presiden juga berubah dari Ucup Kelik ke Jarwo Kwat.Perubahan yang cukup membosankan karena Jarwo Kwat terlalu mengeksploitasi kata “relevan dan signifikan”.

Sayangnya,ketika format acara berubah menjadi format kantor berita,DR Effendi Ghazalie menjadi semakin keranjingan menampilkan tokoh tiruan mantan Presiden negara kita.Peniruan tidak hanya sebatas gaya bicara seperti Taufik Savalas yang mencoba menirukan gaya bicara Presiden SBY.Namun peniruan sampai kepada gerakan fisik yang sangat detil.Fisik yang tidak setiap orang memiliki kesempurnaan ditirukan sedemikian rupa demi sebuah kelucuan semata.Tengok gaya Gus Pur yang menirukan Gus Dur.Dari cara menutup mata sampai menggerak-gerakkan sudut bibirnya persis seperti Gus Dur.Atau gaya Pak Habudi yang selalu mengerakkan bola matanya secara berputar seperti Pak Habiebie.

Bagi sebagian orang,olok-olokan secara fisik itu dianggap merendahkan martabat mantan Presiden kita.Apalagi tujuan dari itu semula adalah sekedar mengundang gelak tawa.Pantaskah kelucuan gerakan seseorang,kalau tidak boleh disebut kelemahan fisik seseorang,dijadikan bahan tertawaan?.DR. Effendi Ghazale punya jawaban untuk itu semua.Dikatakan bahwa yang bersangkutan tidak merasa keberatan dengan tayangan tersebut.Tentunya tidak berkeberatan tidak bisa disamakan dengan membiarkan sedemikian rupa.Seperti orang terinjak,meski orang tersebut tidak marah karena terin jak kakinya,bukan berarti dia mengijinkan kakinya untuk terinjak.Dalam hati kecil para mantan Presiden tersebut mungkin tersirat perasaan tidak rela dirinya dijadikan bahan tertawaan.

Memang lebih gampang mengkritik dan memperolokkan pihak lain.Namun ketika kritik atau olok-olok itu datang untuk diri sendiri,siapkah kita menerimanya?.Setali tiga uang,DR. Effendi Ghazalie pun tidak siap menerima kritik.Ketika AC Nielsen,sebuah lembaga pemberi rating untuk acara televisi,memberi nilai rendah untuk acara yang dikemas DR. Effendi Ghazali,Efefendi Ghazallie justru menanyakan keabsahan metode pemberian rating dari AC Nielsen.Rupanya Effendi Ghazalli terlalu yakin kalau acaranya memang menarik bagi banyak pemirsa.Demikian juga ketika Lius Sungkharisna,ketua Partai Tionghoa Indonesia-semoga gak salah sebut-punya niatan mensomasi Effendi Ghazalie karena dianggap merendahkan martabat mantan Presiden kita,Effendi Ghazalie justru menuding Lius menuding kepopuleran acara Republik Mimpi.Effendi Ghazalie bukannya belajar dari para hal-hal yang diutarakan pihak lain.Effendi Ghazallie justru terkesan berbalik menyalahkan mereka.Seperti pepatah “Buruk muka cermin dibelah”.

Dahulu para pengamat selalu mengatakan bahwa mereka yang dikritik selalu menjawab kritikan di luar substansi kritikan itu sendiri.Sekarang DR Effendi Ghazalie sebagai pengamat pun kurang lebih melakukan hal yang sama,menjawab kritikan di luar substansi.Hanya satu pertanyaan,beranikah DR Effendi Ghazalie memparodikan dirinya sendiri?.Kalau hanya sekedar berolok-olok riang Tukul telah melakukannya dengan baik.Sebagai seorang lulusan S3 tentunya DR Effendi Ghazalie diharapkan tidak hanya membuat acara seperti yang Tukul lakukan.Tidak perlu menjadi sarjana S3 untuk menjadi seperti Tukul.