Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Keluh kesah....................

Monday, January 22, 2007

Keluh kesah....................

"Kita jangan berkeluh kesah atau saling menyalahkan,"
(Presiden SBY dalam peringatan Tahun Baru Islam di Mesjid Istiqlal)


Entah sejak kapan sebenarnya orang gemar berkeluh kesah.Konon katanya,di jaman moyang saya dulu,kehidupan tidak lazim di keluh kesahkan.Apapun bentuk kehidupan yang tergelar di dunia ini senantiasa diterima dengan ikhlas.Walaupun jelas-jelas kehidupan yang terjadi adalah kehidupan yang mungkin teramat keras bagi kehidupan sekarang.

Apalah yang mau di keluh kesahkan kalau semua orang mengalami kejadian serupa.Keseragaman dalam penderitaan membuat penderitaan itu bukan lagi sebagai sebuah siksaan.Di kala moyang saya dulu pakai celana dari bagor,orang-orang sekitar pun mengenakan pakaian serupa.Di kala beras tidak terbeli dan mesti makan kukusan hati batang pisang,orang-orang sekitar pun demikian adanya.Bahkan dalam hal penyakit pun bisa seragam,ketika koreng melanda,hampir setiap orang menderita koreng.Patheken begitulah istilahnya.Konon,ketika patheken itu melanda,orang-orang berpergian sembari membawa alat semacam kipas untuk pengusir lalat.Maklum saja,tubuh yang terkena koreng mengundang lalat untuk hinggap dan kalau dibiarkan akan semakin memperlambat koreng menuju proses penyembuhan.

Pendidikan bukanlah hal yang diutamakan.Bagaimana mau sekolah,lha wong jumlah sekolah yang ada sangat jarang.Maka tidak bersekolah pun bukanlah sebuah masalah serius,soalnya banyak orang-orang disekitar yang juga tidak bersekolah.Pernah suatu ketika ada pengurus Muhammadiyah yang rajin berdakwah di daerah saya.Pengurus Muhammadiyah yang oleh penduduk kampung dipanggil Pak Mantri itu begitu bersemangat memberi dorongan kepada beberapa anak muda untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi.Jarang ada orang yang tertarik.Disamping keterbatasan biaya,jauhnya jarak ke sekolah menjadi penyebabnya.Maklum saja sekolah lanjutan biaanya ada di kota Yogyakarta.Sedangkan moyang saya tinggal di Bantul yang berjarak sekitar 25 km dari Yogyakarta.Ketika ada beberapa orang yang memang berkeinginan melanjutkan sekolah,maka perjalanan ke sekolah mesti ditempuh dengan jalan kaki sejauh 15 km ke stasiun Palbapang,Bantul untuk kemudian naik kereta api menuju kota Yogyakarta.Laku prihatin demikian orang jaman dahulu mengisahkan.

Kemajuan jaman dan bergeraknya arus modernisasi telah merubah pola pikir dan gaya hidup masyarakat.Kalau jaman dahulu,makan kukusan hati batang pisang pun tidak dianggap sebagai sebuah masalah,maklum saja tingkat kesadaran masyarakat akan gizi belum tinggi.Namun di jaman sekarang,ketika negara telah memasuki kemajuan sedemikian rupa,ketika kesadaran masyarakat akan gizi semakin tinggi,maka kukusan hati batang pisang bukanlah makanan yang kayak konsumsi bagi manusia.Jelas,masyarakat lebih menyukai beras sebagai makanan pokok.Maka ketika beras tadi semakin mahal harganya,dan semakin tidak terjangkau oleh sebagian warga,keluh kesah pun berhamburan.Perbedaan antara yang mampu dan tidak mampu begitu telanjang di depan mata.Tidak ada lagi keseragaman penderitaan seperti tempo dulu.

Konon,kemiskinan relatif ukurannya.Kemiskinan berkaitan dengan seberapa banyak kebutuhan yang mesti dipenuhi.Suku Kubu di pedalaman Sumatra,mungkin tidak terlalu risau dengan istilah kemiskinan dan keterbatasan.Maklum saja tidak terlalu banyak kebutuhan yang mesti dipenuhinya.Makanan bisa berasal dari alam sekitarnya.Pendidikan bukan suatu kebutuhan pokok dan kehidupan keseharian yang tidak mesti ditandai keluarnya lembaran rupiah dari dalam dompet.

Namun kehidupan modern menuntut lain.Begitu banyak kebutuhan yang mesti dipenuhi dengan uang.Apalagi belakangan ini harga-harga kebutuhan pokok merangkak naik.Tiap ajaran baru mesti memeras otak untuk membagi uang bayaran sekolah yang setiap tahun semakin mahal.Belum lagi kalau menderita sakit,mungkin kita akan semakin bertambah sakit melihat biaya perawatan rumah sakit yang teramat mahal.Oleh karena itu Bapak Presiden yang terhormat,biarkanlah kami berkeluh kesah.Mungkin keluh kesah kami bukanlah orkestra yang merdu di telinga Bapak.Namun keluh kesah kami adalah penjaga semangat kami agar tak pantang menyerah.Keluh kesah kami adalah sarana melepaskan gundah di hati.Kemana lagi kami mesti berkeluh kesah kalau bukan kepada Bapak Presiden?Mestikah kami berkeluh kesah kepada Tuhan?Kami takut salah alamat,toh bukan Tuhan yang membuat tarif rumah sakit.