Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Ora ilok.......................

Thursday, January 18, 2007

Ora ilok.......................

“Ora ilok” demikian kata yang sering diucapkan ibu saya ketika saya masih kecil.”Ora ilok diucapkan ibu saya untuk melarang saya melakukan sesuatu karena ibu menganggap apa yang akan saya lakukan itu sesuatu yang tidak pantas.

Sebagai “wong ndheso” yang hidup di ujung selatan Yogyakarta,masa kecil tidak banyak dilewati dengan acara piknik bersama keluarga layaknya keluarga modern saat ini.Maka acara yang ditunggu-tunggu adalah apabila diajak ibu pergi ke tempat orang hajatan.Maklum saja pada saat itu memang tidak banyak alternatif hiburan dan dengan ikut datang ke tempat orang hajatan sama juga dengan memanjakan lidah saya yang masih minim pengalaman dalam mencecap berbagai rasa makanan.Seperti biasa sebelum sampai ke tempat orang punya hajatan tadi,ibu saya akan selalu mengingatkan agar saya menghindari hal-hal yang oleh beliau disebut “ora ilok” tadi.Misalnya,saya dilarang merengek minta minuman apabila tuan rumah memang belum menghidangkan minuman.Atau juga dilarang mengambil hidangan secara berlebihan dan tentu saja makan secara perlahan tanpa banyak menimbulkan keributan.

“Ora ilok” sebagai ukuran kepantasan apakah sebuah hal layak dilakukan atau tidak akan berbeda antara ukuran satu orang dengan satu orang lainnya.Karena ukuran sebuah kepantasan masing-masing orang berbeda,maka menjadi sulit menentukan apakah sebuah hal pantas dilakukan atau tidak.Apalagi kalau untuk menilai sebuah kepantasan yang berlaku untuk diri sendiri,maka penilaian akan cenderung menjadi tidak obyektif.Terutama kalau dalam diri sudah sangat timbul keinginan untuk melakukan hal tersebut.

Dalam hal mode misalnya,terkadang seseorang menjadi susah menilai apakah mode yang yang dianut,entah itu potongan rambut atau gaya berpakaian,pantas untuk dikenakan atau tidak.Keinginan untuk tampil dalam mode masa kini membuat pertimbangan tentang kepantasan diri mengenai mode yang dikenakan menjadi diabaikan.Sehingga terkadang ditemukan orang bergaya dengan mode tertentu terasa dipaksakan dan tidak pas dalam pandangan.

Misalnya kalau kita lihat Julia Perez,artis lokal dengan ukuran dada diatas rata-rata,yang mengecat rambutnya dengan warna merah.Tentu semua orang sepakat kalau Julia Perez adalah artis yang cantik.Namun kalau kita perhatikan secara saksama,rambut merahnya gagal menyatu dalam satu kesatuan kecantikannya,sehingga terkesan rambut merah itu berupa tempelan semata.Lain misalnya dengan Maia Ahmad,salah seorang dari duo Ratu,meski sama-sama mengecat rambutnya bahkan dengan warna yang lebih bermacam-macam,namun warna – warni tadi berhasil masuk dalam satu kesatuan kecantikan Maia Ahmad.

Sama halnya kalau ukuran kepantasan itu berkaitan dengan keuntungan diri sendiri yang akan didapat,maka ukuran kepantasan itu akan dipaksakan untuk dipakai meski banyak pandangan orang yang menilai bahwa hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak pantas.Makanya para anggota DPRD pun tidak terdengar suaranya memprotes kebijakan pemerintah mengenai kenaikan tunjangan yang termuat dalam Keppres Nomor 37 tahun 2006.Lha wong namanya saja duit.Siapa orangnya yang tidak butuh duit.Tidak peduli bahwa kenaikan tunjangan tadi akan menggerogori APBD dan memakan jatah anggaran sektor lain.Tidak peduli apakah masih banyak rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan yang tidak mampu untuk sekedar membeli kebutuhan sehari-hari.Meski demikian tetap saja ukuran kepantasan itu dipakai.Pantas karena meski para anggota DPRD tersebut sering bolos dari ruang sidang,mereka telah memperjuangkan aspirasi rakyat.Merasa pantas karena meski sering tertidur di dalam sidang,toh mereka adalah penyambung lidah rakyat.Ah….tegaknya moralitas berpolitik menjelmakan mereka menjadi makhluk yang serba pantas melakukan apapun.

Kepantasan yang tak terukur terkecuali kita mau sedikit merendahkan hati dan mencoba menajamkan hati terhadap keadaan sekitar.Maka meskipun sebenarnya tidak pantas,saya memaksakan diri untuk merasa pantas memuat tulisan ini.Saya paksakan untuk menjadi pantas karena saya menjadi terhibur karenanya.Saya paksakan untuk menjadi pantas karena saya sedikit iri dengan gampangnya para politikus mengeruk uang negara secara legal berdasarkan UU.Ternyata,sebuah nilai kepantasan begitu egois adanya.