Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Wanita pun tidak malu melakukannya...................

Tuesday, January 16, 2007

Wanita pun tidak malu melakukannya...................

Seorang teman mengatakan bahwa kalau dalam soal korupsi,penyalahgunaan wewenang,pungutan liar atau apapun namanya yang pada ujungnya adalah upaya untuk memperkaya diri,maka tidak ada perbedaan yang besar antara jamannya Orde Baru dan jaman Reformasi saat ini.Kalau dahulu di jaman Orde Baru,yang konon kebebasan di kekang dan model kepemimpinan berjalan layaknya raja-raja jawa tempo dulu,korupsi berjalan secara malu-malu dan sembunyi-sembunyi.Kini,di jaman kebebasan berekspresi dan slogan reformasi menyeluruh di segala bidang,korupsi justru mendapat tempat dan berjalan secara terbuka tanpa perlu malu untuk melakukannya.Dalam bahasa lain teman tadi mengatakan,kalau jaman dahulu pungli dilakukan di bawah meja,maka sekarang pungli sudah berada di atas meja.

Seorang teman lain meminta tolong saya untuk membantunya mengurus pemindahan lokasi kantor pelayanan pajak.Maklum saja,teman saya tadi memang masuk dalam kategori pengusaha golongan ekonomi benar-benar lemah.Maka begitu sewa kantor di kota dirasa membebani keuangannya,maka teman saya tadi ingin memindahkan kantor nya di daerah pinggiran.Dengan adanya domisili baru,maka kantor pelayanan pajak pun mesti ikut pindah menyesuaikan alamat baru.Penunjukan saya bukanlah karena saya piawai dalam hal tersebut,namun semata-mata karena setiap berangkat kerja saya memang melewati kantor pajak tersebut.Tentu saja dengan meminta tolong kepada saya teman saya tadi lebih bisa berhemat,setidaknya saya tidak bertarif seperti halnya biro jasa yang ada.

Semuanya berjalan lancar,tidak nampak adanya kesan untuk dipersulit.Bahkan setelah semua syarat-syarat administrasi saya ajukan,staff kantor pajak itu mengatakan bahwa minggu depan NPWP yang baru sudah bisa diambil.Saya merasa lega,birokrasi yang menjadi momok karena system yang berbelit-belit ternyata pada saat ini tidak bukan menjadi masalah lagi.Mungkin ini semua berkaitan dengan tekat Dirjen Pajak untuk menggenjot pendapatan negara dari sektor pajak.

Ternyata kelegaan saya hanya berjalan sebentar.Minggu depannya,ketika saya menyambangi kantor tersebut pada hari seperti yang dijanjikan,ternyata proses pendaftaran NPWP pada lokasi baru belum selesai.Seorang staff kantor pajak tersebut mengatakan bahwa berkas tersebut akan siap selepas istirahat siang yang berarti mengharuskan saya menunggu sekitar 4,5 jam untuk membawa berkas itu.Dari pada jemu menunggu,saya pun memutuskan untuk mengambil keesokan harinya,toh berkas tersebut belum terlalu diperlukan oleh perusahaan teman saya tadi.

Keesokan harinya saya kembali ke kantor pajak tersebut.Dan benar,ternyata NPWP yang baru sudah siap meskipun masih berupa surat keterangan terdaftar.Untuk penerbitan Surat Pengukuhan Kena Pajak,maka masih banyak syarat yang diperlukan -yang sayangnya tidak disebutkan ketika saya pertama kali datang mendaftarkan diri untuk pindah- yang salah satunya adalah survey dari Kantor Pajak ke domisili baru.Ketika semua persyaratan itu sudah saya catat,ibu staff Kantor Pajak tadi bertanya,
“Bapak direkturnya?”
“Bukan,Bu.Saya salah seorang staffnya”,jawab saya.
“Tidak ada titipan buat saya,Pak?”
Untuk sesaat saya tercekat dan tidak mampu menjawab,saya tidak menyangka mendapat pertanyaan seperti itu.Sungguh mengejutkan ibu itu akan menanyakan “titipan” sedemikian lugas.Apalagi ibu tadi nampak makmur dalam penampilan,bahkan beberapa rekannya memanggilnya dengan sebuah sebutan yang hanya bisa di dapat setelah seseorang pergi ke tanah suci.Ibu itu melanjutkan lagi pembicaraan,seolah apa yang dibicarakan bukan lagi sesuatu yang harus disembunyikan.
“Nanti akan saya sampaikan kepada Bapak Direktur di kantor,”jawab saya.
“Iya,pak.Biar prosesnya berjalan cepat”,kata ibu tadi.

Biasanya kaum laki-lakilah yang tidak merasa malu untuk menanyakan “titipan”.Selama beberapa tahun saya mengurusi penagihan kantor saya di sebuah BUMN.Biasanya dalam proses penagihan tersebut ada pengeluaran biaya untuk bagian terkait dengan tagihan tersebut.Banyak cara yang bisa dilakukan oleh orang-orang dalam bagian terkait untuk memperoleh uang untuk memperlancar atau “titipan” tadi.Mulai dari menghambat proses berjalannya berkas sampai meminta “titipan” tadi dengan terus terang.Namun belum pernah saya jumpai seorang perempuan begitu lugas meminta atau menanyakan “titipan” tanpa tedeng aling-aling dan tanpa perlu merasa malu lagi.

Benar kata teman saya diatas.Antara jaman Orde baru dan Orde reformasi perbedaan korupsi hanya terletak pada cara yang dipakai apakah secara sembunyi-sembunyi ataukah secara terus terang.Saya teringat dengan RA Kartini dan perjuangannya.Saya teringat emansipasi wanita.Kalau toh dalam bidang lain wanita belum banyak diberi peran dalam rangka kesetaraan gender,maka dalam hal korupsi kayaknya perempuan pun mulai ingin mendapatkan tempat dan peranannya.Apalagi kalau kesempatan itu sedemikian terbuka untuk melakukannya.Mungkin,kesetaraan gender dalam hal korupsi tidak pernah dibayangkan RA Kartini.