Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Sekali lagi tentang poligami............................

Tuesday, December 12, 2006

Sekali lagi tentang poligami............................

Belakangan poligami ramai dibicarakan orang,dari yang pro sampai yang kontra.Meskipun sama-sama mengandung kata “poli”,poligami ini berbeda makna dengan polifonik apalagi dengan poliklinik.Kalau polifonik masa keemasannya sudah lewat seiring dengan hadirnya nada dering true tone dan lagu dalam format MP3,maka poligami di era 3G ini justru makin menarik dibicarakan meskipun sekaligus juga mengundang perdebatan.Sangat menarik karena poligami membuka peluang lelaki untuk mengkoleksi wanita menjadi istrinya,mengundang perdebatan karena banyak yang mengkhawatirkan efek negatifnya.

Berabad silam,Rasulullah SAW juga melakukan poligami.Ada alasan khusus mengapa Rasullulah melakukan poligami. Dalam kitab Ibn al-Atsir, poligami yang dilakukan Nabi adalah upaya transformasi sosial (lihat pada Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 108-179). Mekanisme poligami yang diterapkan Nabi merupakan strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka.Pada waktu itu lelaki bisa menikahi perempuan sesukanya,dengan poligami yang dilakukannya Rasulululah mengkritik perilaku poligami tanpa batas,perilaku sewenang-wenang laki-laki terhadap perempuan dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam poligami.

Poligami yang dilakukan Rasullulah SAW adalah dalam kerangka perlindungan terhadap janda korban perang yang memiliki anak-anak yatim. Dengan menelusuri kitab Jami’ al-Ushul (kompilasi dari enam kitab hadis ternama) karya Imam Ibn al-Atsir (544-606H), kita dapat menemukan bukti bahwa poligami Nabi adalah media untuk menyelesaikan persoalan sosial saat itu, ketika lembaga sosial yang ada belum cukup kukuh untuk solusi.

Lalu apakah semangat poligami dalam konteks kekinian masih senafas dengan poligami yang dilakukan Rasullulah SAW?Entahlah, yang jelas memang banyak public figure yang melaksanakan poligami. DR. Hamzah Haz ( Mantan wakil Presiden ),AM Fatwa ( Wakil Ketua MPR ),KH. Noer Isqandar SQ ( Ponpes Ashidiqiyah ),pelawak Kiwil,Mamik Prakoso,Komar dan tentu saja Puspo Wardoyo,pemilik Rumah Makan Ayam Bakar “Wong Solo” yang sangat getol mengkampanyekan hidup berpoligami,adalah sebagian kecil pelaku poligami.Bahkan belum lama berselang sebuah koran memberitakan Meggi Z berpoligami dengan menikahi gadis berusia 20 tahun.

Ada benang merah yang terputus antara kejadian di masa lampau dengan apa yang terjadi di masa kini.Kalau Rasullulah SAW melakukan poligami dalam rangka sebuah misi sosial dengan tujuan menyantuni janda dengan anak-anak yatim yang dibawanya agar lebih terangkat harkat dan martabatnya.Maka poligami di era sekarang menjadi lebih bernuansa lain,maklum saja kondisi masyarakat jaman Rasulullah dan sekarang sangatlah berbeda.Namun berhubung masyarakat kita “terlampau religius”,meski kondisi dan keadaanya lain,toh bagi sebagian orang poligami tetap harus dijalankan meskipun tidak lagi senafas dengan apa yang dilakukan Rasullulah SAW.

Padahal Rasulullah sendiri menolak poligami ketika poligami tidak berada pada proporsi yang sebenarnya.Sebuah hadits diriwayatkan para ulama hadis terkemuka: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibn Majah mengesahkan,Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad SAW, akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: "Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga." (Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026).

Bahkan seorang Rasulullah yang dilebihkan oleh Alloh SWT dengan kemampuan menahan hawa nafsu yang melebihi manusia pada umumnya pun masih bisa terganggu perasaannya apabila ada sesuatu hal yang mengganggu perasaan putrinya.Menjadi mengherankan apabila ada seseorang berjuang untuk ikhlas agar suaminya bisa berpoligami karena keyakinan sebuah ajaran agama,sedangkan Nabi SAW sendiri melarang putrinya di poligami.

Kalau kita menelusuri perdebatan tentang poligami di televisi,ada beberapa kesan yang timbul,setidaknya kesan di benak saya :

1. Poligami dianggap sebagai sesuatu yang ideal karena dikaitkan dengan sunah nabi.Karena dianggap ibadah yang hebat dan ideal maka terkesan berpoligami harus dilakukan meskipun terasa berat.Kesan itu timbul setidaknya dari pernyataan seorang istri yang beberapa waktu lalu hendak dipoligami oleh suaminya yang menyatakan bahwa meskipun berat mesti dijalani dengan ikhlas karena keyakinan sebuah ajaran,seolah tidak ada ruang baginya untuk menolak.Atau seolah isteri menolak dipoligami adalah sebuah dosa.Ketika diakhir wawancara di tv tersebut sang isteri minta doa dari pemirsa,kita tahu ada sedikit ganjalan di hatinya.

2. Ketika poligami masuk sebagai sebuah wacana ibadah,maka menjadi peluang bagi sang suami untuk memaksakan kehendaknya agar sang isteri bersedia di poligami.Maka hal ini berpotensi terjadi penyelewengan dan penindasan laki-laki terhadap perempuan mengatasnamakan ajaran agama.Parahnya lagi faham tadi diperkuat dengan pernyataan bahwa seolah-olah wanita mencapai taraf wanita salehah kalau bersedia dipoligami.

3. Poligami merupakan perlambang dominannya laki-laki terhadap ketidakberdayaan perempuan.Ketidak berdayaan ini bisa berupa ketergantungan secara ekonomi terhadap laki-laki.Ketidakberdayaan ini pula yang menjadi penyebab perempuan terjebak dalam sebuah kondisi yang sebenarnya tidak mampu dihindarinya meski dalam hati sebenarnya ingin menolak.Dalam bahasa artis Hj. Sitoresmi Prabuningrat (pelaku poligami ) dikatakan resep keikhlasan itu berawal dari sebuah keterpaksaan.

4. Poligami dikatakan sebagai terapi agar terhindar dari zina,padahal seorang berzina atau tidak tergantung dari seberapa jauh seseorang tersebut memegang ajaran dan moral agama.Tidak ada jaminan bahwa seseorang yang beristri 4 lantas tidak berbuat zina.

Maka poligami bukanlah sebuah hal yang hebat.Poligami juga bukan sesuatu yang ideal.Poligami adalah sesuatu yang sangat biasa.Hebatnya poligami barangkali terletak kepada bagaimana seorang pria bisa menikahi dan mencari banyak wanita,sedangkan ada seorang pria mencari satupun tidak bisa.

Poligami baru ideal dan mungkin mendapatkan manfaat lebih banyak dan mendatangkan pahala dari Tuhan bila itu dalam kerangka menyantuni janda miskin dengan anak yatimnya,menolong wanita yang telah melewati umur ideal pernikahan tapi tak kunjung mendapatkan jodoh.Di luar itu semua,poligami tak lebih dari upaya untuk mengkoleksi wanita.Rasanya menjadi aneh kalau ada yang mengkampanyekan poligami.Kalau semua orang melakukan poligami secara membabi buta,tidak akan terbayang kerepotannya.Poligami kok dikampanyekan……

*Disarikan dari "Benarkah Poligami Sunah?" oleh Faqihuddin Abdul Kodir Dosen STAIN Cirebon dan peneliti Fahmina Institute Cirebon, Alumnus Fakultas Syariah Universitas Damaskus, dengan tambahan pengembangan.*