Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Angkringan...........

Friday, January 12, 2007

Angkringan...........

Barangkali ada yang tahu kenapa komunitas blogger Yogya menggunakan nama Angkringan?.Walaupun sebenarnya selain Angkringan di Yogya juga terdapat komunitas blogger lain yang bernaung dalam sebuah wadah bernama Cah Andong.

Angkringan adalah nama sebuah warung kaki lima yang berkembang di Yogya sekitar awal tahun 90-an.Sebenarnya warung ini tidak hanya terdapat di daerah Yogya.Daerah-daerah yang termasuk ex Karesidenan Solo pun banyak terdapat warung jenis ini.Pada awalnya para pendatang dari daerah Klatenlah yang mempopulerkan warung jenis ini.

Warung angkringan tidak beda jauh dengan warung kaki lima seperti yang kita lihat di Jakarta atau Tangerang.Menggunakan bangku kayu seperti halnya warung pecel lele,hanya saja bangku warung angkringan tidak sepanjang bangku warung pecel lele.Di bangku yang tidak seberapa luas itulah berbagai macam penganan diletakkan dalam suasana remang lampu minyak tanah .Di belakang hari temaram lampu minyak tanah ini banyak yang berganti menggunakan lampu listrik.Meski demikian kekhasan warung ini sebenarya tidak menjadi hilang.Ada banyak julukan untuk warung ini yaitu warung hik,warung koboi-dahulu sampai ada geng sepeda motor yang menamakan dirinya WKB yang merupakan singkatan warung koboi- dan warung sego kucing.

Sebenarnya tidak ada makanan yang bisa dianggap istimewa dari warung ini.Ketika saya mengenal pertama kali warung ini pun saya menganggapnya demikian.Bahkan saya daulu heran mengapa banyak orang menyukai warung ini.Makanan khas di warung ini adalah sego kucing.Disebut demikian karena sego (ind : nasi ) disajikan dalam bungkusan dengan porsi yang teramat sedikit seperti layaknya porsi untuk makanan kucing.Sego kucing biasanya disertai dengan sambel teri,sambel tempe ataupun berupa nasi goreng.Penganan lainnya adalah bermacam gorengan,sate usus,kepala ayam yang dibakar dengan bumbu kecap,ampela ati bakar dan cakar ayam – dahulu saya heran apa enaknya makan cakar ayam yang nota bene tidak berdaging-.Sedangkan minuman khasnya adalah minuman dengan aroma jahe,teh jahe,susu jahe ataupun minuman jahe tanpa campuran .Semuanya disajikan dalam keadaan panas.Sangat cocok diminum dalam suasana malam yang dingin.

Lama-lama karena seringnya teman mengajak saya mengunjungi warung ini,saya pun merasakan nikmatnya sajian warung ini.Daya tarik utama adalah warung ini murah bagi kalangan anak – anak kost dan daya tarik lainnya adalah warung ini nyaman dijadikan sarana nongkrong dan ngobrol.Warung ini lebih cocok sebagai warung untuk makanan selingan.Waktu yang nikmat untuk mengunjungi warung ini adalah selepas jam 10 malam.Pada jam -jam itu sehabis mata penat membaca buku-waktu itu saya masih anak kost yang duduk di bangku kuliah-perut memberi sinyal minta diisi.Dan biasanya teman-teman satu kost pun merasakan hal yang sama.Kami secara berombongan mengunjungi warung ini.Kami cukup lama di warung ini,saling berbincang dengan pengunjung lain hingga waktu menginjak dini hari.

Lama setelah saya tinggal di Tangerang,saya tidak bisa lagi mengunjungi warung angkringan.Kesempatan satu-satunya adalah ketika saya mudik di hari raya Lebaran.Mengunjungi warung ini merupakan agenda utama saya selain bersilautrahmi dengan para kerabat.Ada suasana yang selalu saya rindukan pada warung ini.Temaramnya lampu minyak tanah,suasana obrolan yang membaur dengan pengunjung lain dan berbagai penganan yang sudah lama tidak saya nikmati di kota ini.

Maka menemukan warung angkringan di kota Tangerang adalah merupakan hal yang mengejutkan bagi saya.Malam minggu kemarin,sepulang menghadiri pernikahan seorang sahabat di Bogor,kendaraan saya merambat pelan dalam kemacetan Tangerang pada malam minggu tanggal muda.Di Jalan M. Thoha Tangerang,ketika kesabaran saya sedang diuji oleh kemacetan yang ditimbulkan oleh angkot yang sedang ngetem,tiba-tiba mata tertumbuk pada sebuah warung tenda yang memasang tulisan dengan huruf besar-besar “Warung sego kucing”.Spontan saya berputar arah.Ketika kendaraan yang berlawanan arah menjadi kaget dengan gerakan saya dan pengendaranya berteriak,”Begooo!!!!!”,saya tidak berselera untuk membalasnya.

Bergegas saya menuju warung yang memasang spanduk tersebut.Benar rupanya dugaan saya,warung ini persis seperti warung angkringan di Yogya sana.Segera saya memesan teh jahe.Kemudian saya comot kepala ayam yang dibakar dengan lelehan bumbu kecoklatan yang manis.Manisnya pas dan bumbunya sangat terasa.2 potong kepala ayam,2 potong tahu bacem yang semuanya berbumbu manis sukses membangkitkan nostalgia saya.Segelas teh jahe menambah hangat perut saya.

Sayangnya saya tidak menemukan suasana yang pas untuk menikmati semua itu.Saya memandang sekeliling.Orang-orang nampak makan dengan cepat-cepat dan nampak tidak berselera untuk membuat sebuah obrolan.Mereka memang makan untuk memenuhi kewajiban seperti halnya minum obat,bukan dalam rangka “mat-matan” seperti halnya yang biasa saya lakukan di Yogya tempo dahulu.Ketika saya mencoba membangkitkan obrolan,pengunjung di sebelah saya menjawabnya dengan sepatah dua patah kata.Saya menjadi hilang selera melanjutkan obrolan.Apalagi keadaan di sekitar warung itu sangat tidak mendukung,jalanan bising dan riuh rendah dengan suara kendaraan bermotor.Maklum saja warung ini persis berada di bibir jalan.Setelah membayar sayapun beranjak pergi.”Lain kali mampir lagi,Mas”,kata pemilik warung.Saya pun mengangguk.Lain kali saya akan mampir lagi,di tengah malam.