Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Pertikaian nan tak kunjung padam....................

Friday, December 22, 2006

Pertikaian nan tak kunjung padam....................

Kata Bang Iwan Fals dunia politik penuh dengan intrik.Selain itu dunia politik bisa jadi juga lekat dengan pertikaian.Apalagi kalau sudah menyangkut urusan kekuasaan,gontok-gontokan bahkan pertumpahan darah bukan sebuah hal yang ditabukan.Benar kata Hajriyanto Y Thohari,mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, dalam salah satu kolomnya di harian Kompas beberapa waktu silam,”seribu satu definisi tentang partai politik toh pada ujungnya adalah sebuah kekuasaan yang dicari”.

Kalau kemudian sejarah perpindahan kekuasaan di Indonesia sering tidak berjalan dengan mulus,mungkin juga berkaitan dengan ambisi berkuasa yang berlebihan tadi.Presiden Soekarno turun dari kursi kepresidenan setelah pidato pertanggungjawaban yang dikenal dengan “Nawaksara” ditolak oleh MPRS.Setali tiga uang dengan Presiden Soeharto yang lengser oleh tuntutan massa setelah negara kita berdarah-darah oleh kerusuhan dan tidak berdaya dihajar krisis ekonomi.Hal yang kurang lebih sama terjadi kepada Presiden BJ Habiebie dan Gus Dur.

Nampaknya hal tersebut sangat disadari oleh politisi lokal di Depok.Sejarah merupakan sarana pembelajaran.Dan kalaupun kemudian anggota DPRD Depok mengajukan interpelasi yang bertujuan melakukan pemecatan terhadap Walikota Depok,Nur Mahmudi Ismail,rupanya para politisi lokal di Depok berambisi memperpanjang daftar proses perpindahan kekuasaan secara paksa di negara kita yang sebenarnya tidak elok itu.Padahal kondisinya jelas jauh berbeda,kalau Presiden yang dijatuhkan seperti contoh diatas adalah dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum tak langsung,sementara Nur Mahmudi Ismail terpilih melalui produk perundangan yang melakukan pemilihan umum secara langsung.

Boleh jadi ini semua merupakan buah rivalitas antara Nur Mahmudi Ismail dan partainya di satu pihak dengan Badrul Kamal dan partai pendukungnya di pihak lain.Seperti diketahui proses pemilihan walikota Depok diwarnai kericuhan.Kemenangan Nur Mahmudi Ismail di pilkada Depok dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi Jawa Barat.Baru setelah naik banding,Nur Mahmudi Ismail diputuskan oleh MA sebagai pemenang Pilkada Depok.

Jarkoni yang pada dasarnya “isa ujar” tapi “ora isa nglakoni” alias “omdo” ini pun merasa penasaran.Seperti biasanya dia senang bertanya kepada saya,padahal sebenarnya saya pun tidak lebih mengerti dibandingkan dia.
“Mas,kenapa orang tidak merasa lelah untuk bertikai?”,kata Jarkoni.
Karena saya belum bisa membaca arah pembicaraannya,saya pun menjawab sekenanya,
“Mungkin karena dia seorang jagoan yang paling jago,jadi bertikai dimanapun juga pasti dia merasa akan menang”,jawab saya.
“Kalau begitu para anggota DPRD Depok itu jagoan semua,buktinya mereka tidak lelah bertikai,padahal sebenarnya saya menunggu kabar gembira dari para anggota dewan.Kabar yang benar-benar menggembirakan buat rakyat banyak,bukan sekedar kabar mengenai para anggota dewan yang sering mangkir menghadiri sidang,atau anggota dewan yang tertangkap sedang nyabu di kamar hotel,atau anggota dewan yang tertangkap basah berselingkuh,atau anggota dewan yang melakukan korupsi atau anggota dewan yang bersitegang di koran dan tv memperdebatkan sebuah undang-undang yang dasar perdebatan tadi lebih kepada sejauh mana partainya mendapatkan keuntungan.Kok lama-lama bikin bosan ya,Mas?”.

Jarkoni masih saja berbicara panjang lebar.Terlalu banyak menonton tv membuat Jarkoni melahap berita-berita yang sebenarnya sangat membosankan.Saya teringat,ketika Sys NS mendirikan partai baru,Partai Negara Kesatuan Republik Indonesia,kalau tidak salah.Partai ini diperuntukkan buat kaum muda,maka ketika dideklarasikan,partai ini meimlih tempat sebuah Pusat Perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan.Ketika itu Sys NS berucap-seperti yang pernah saya baca di Kompas-bahwa partai ini ingin merangkul anak muda,agar anak muda tidak takut dengan partai politik.Namun,seperti juga yang Jarkoni rasakan,sebenarnya anak muda atau siapapun dia tidak takut dengan partai politik.Yang justru ditakutkan adalah kelakuan politikusnya yang suka aneh-aneh dan berperilaku di luar kendali.

“Mas,anggota DPR itu kalau bertikai kok kompak ya?.Lihat saja,kalau pas pembahasan perundangan pasti banyak yang mangkir dari sidang,giliran urusan pertikaian kekuasaan mereka begitu kompak dan semangat”,Jarkoni masih saja meneruskan omongannya.

Saya tidak segera mengiyakannya.Sejak kran reformasi dibuka dan kebebasan berpendapat dijunjung penuh maka perbedaan pendapat adalah sebuah kelaziman.Namun ketika pertikaian itu dengan melibatkan massa sehingga ketika sidang dibarengi berjubelnya massa yang pro dan kontra,seperti yang kita lihat di DPRD Depok,maka ada pertanyaan yang tersisa,sebenarnya mereka bertikai untuk siapa?Mungkin tidak ada perbedaan besar antara anggota DPRD Depok dengan petinju professional.Mereka sama-sama senang melakukan akrobatik perkelahian dan sama-sama menerima bayaran.