Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Semua sayang Nina..................

Tuesday, April 24, 2007

Semua sayang Nina..................

Bel pelajaran terakhir telah berbunyi.Segera saja kesenyapan ruang kelas berubah menjadi kegaduhan.Setelah guru menyampaikan salamnya untuk mengakhiri pelajaran hari ini,anak-anak segeran berhamburan keluar ruangan.Tidak seperti biasanya,Nina tidak ingin cepat-cepat pulang sekolah.Bahkan ketika ruang kelas mulai sepi,Nina masih saja duduk di bangku kelasnya.Pandangannya kosong,berkali-kali Nina menarik nafasnya dalam-dalam.

Nina sengaja berlama-lama dalam kelas untuk menghindari Cindy,teman sekelasnya.Kemarin Nina telah berjanji kepada Cindy,bahwa hari ini mereka berdua akan sama-sama pergi mendaftarkan diri pada sebuah lembaga bimbingan test.Mereka berdua bersepakat bahwa untuk menghadapi ujian nasional 6 bulan ke depan mereka harus mempersiapkan diri sedini mungkin.Belum lagi persiapan untuk menghadapi UMPTN.Apa lacur permintaan Nina tidak diluluskan Ibunya.Masih saja terngiang-ngiang kata Ibunya menjelangkeberangkatan ke sekolah tadi pagi.

“Untuk apa mengikuti bimbingan belajar segala,kalau kamu masih saja malas belajar setiap harinya.Contohlah Mbak Rini,dia selalu rajin belajar.Tanpa ikut bimbingan test pun nilainya selalu bagus”.

Sedih dan hatinya sedikit terluka.Itulah hal yang dirasakan Nina sekarang.Selalu saja Ibunya membanding-bandingkan dirinya dengan Mbak Rini,kakak sulung Nina.Nina merasa Ibunya telah berlaku tidak adil.Permintaan Mbak Rini selalu saja dituruti Ibunya.Sementara ada saja alasan Ibunya untuk menolak permintaan Nina.

Terkadang Nina merasa iri terhadap Mbak Rini.Nina berpikir Tuhan menciptakan segala kebaikan pada diri Mbak Rini,kakaknya.Cantik,putih dan tentu saja pintar.Mbak Rini selalu saja meraih rangking 1 semenjak SD hingga SMU.Sedangkan Nina,boro-boro dapat rangking,tidak mendapatkan angka merah pada raportnya pun sudah lumayan.

Mungkin hanya tubuh bongsor Nina saja yang melebihi Mbak Rini.Selebihnya segala hal yang ada pada diri Nina adalah kebalikan dari kondisi Mbak Rini.Nina berkulit hitam,meski kata Eyang Putri di Yogya Nina kelihatan manis.Nina juga bukan sosok yang cerdas,meski kata Aryo,teman dekatnya,Nina sangat berbakat dalam melukis.

Tiba-tiba Nina merasa sangat rindu kepada Eyang Putri.Nina juga rindu kepada Aryo.Rasanya hanya mereka berdua yang bisa memahami dan Nina merasa nyaman berada di dekatnya.Nina mengeluarkan Hpnya.Dipencetnya nomor Eyang Putri..”Ah..pulsanya tidak mencukupi”,keluh Nina.Seandainya Eyang ada disampingnya mungkin Nina sudah merebahkan kepalanya di pangkuan Eyang.Lalu Eyang akan mengusap-usap kepalanya dengan penuh kasih sayang.Sedangkan Aryo mungkin sedang sibuk dengan kegiatan bandnya.Nina merasa sungkan kalau mesti mengganggu kegiatan Aryo.

“Nina……..jadi kan ke Primagama?”,tiba-tiba Cindy sudah muncul di depan kelas.

Nina tergagap dari lamunannya.Nina tak berani mengangkat muka.Dibungkukkannya badannya pura-pura mengambil sesuatu dari kolong meja.Saat itulah Nina mengusap sudut matanya sekedar menghilangkan air mata yang mungkin sudah terlanjur menitik.Nina tidak mau ketahuan kalau sedang menangis.

“Lo sakit Nin?”,tanya Cindy.

“Iya…lagi pusing neh..”,sahut Nina lemah.Dipaksakannya untuk sedikit tersenyum agar pias pucat wajahnya tidak terlihat.

“Yach….gw pergi sendiri dong”,Cindy nampak sangat kecewa.

Selepas Cindy berlalu,Nina pun bergegas.Sekolah sudah mulai lengang menyisakan beberapa anak yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.Nina menjawab satu persatu sapaan anak-anak yang mengenalnya.Nina menuju toilet sekolah.Digantinya baju seragamnya dengan baju harian.Hari itu Nina memang telah merencanakan untuk tidak pulang ke rumah.Entah kenapa Nina tidak lagi merasakan rindu rumah.

Nina mengenang,masa kecilnya sepertinya lebih indah.Ayahnya penuh perhatian.Rasanya Ibunya pun bersikap demikian.Mungkin waktu itu karena Nina sedang dalam pertumbuhan dan lucu-lucunya.Nina ingat ayahnya selalu tidak lupa membelikannya oleh-oleh setiap pulang dari luar kota.Dan bila ayahnya sampai rumah ketika malam sedemikian larut,maka oleh-oleh itu akan diletakkan di genggaman tangan Nina dan Mbak Rini.Paginya akan terjadi kehebohan di kamar tidur.Nina dan Mbak Rini akan sama-sama berteriak kegirangan begitu mendapati oleh-oleh di genggaman tangannya.Sementara ayah dan ibunya mengawasi tingkah polah keduanya sambil tertawa-tawa.

Keadaan mulai berubah semenjak Nina beranjak remaja .Ayahnya lebih disibukkan dengan pekerjaannya.Sementara Ibunya jauh lebih perhatian kepada kepada Mbak Rini.Mbak Rini yang penurut dan pintar.Selalu saja Ibunya tidak habis-habisnya membanggakan Mbak Rini.Bertandang ke rumah sanak keluarga adalah hal yang paling dibenci Nina.Dalam perbincangan selalu saja Mbak Rini yang menjadi topik perbincangan Ibunya.Sedangkan Nina,mungkin bagi Ibunya tidak ada yang layak diperbincangkan tentang Nina.Nina ingat Ibunya hanya sekilas melihat raportnya yang memang tidak terlampau bagus.Sedangkan raport Mbak Rini akan dilihat dengan penuh saksama.Bahkan perbincangan tentang nilai sebuah mata pelajaran dalam Mbak Rini bisa berlangsung sampai beberapa hari kedepan.

Nina melangkahkan kakinya cepat-cepat.Tekadnya sudah bulat.Sore ini juga Nina akan berangkat ke Yogya menuju tempat Eyang Putri.Diliriknya jam ditangan kirinya.Masih ada waktu 2 jam sebelum keberangkatan kereta.

Di stasiun kereta Nina berhitung dengan duit yang ada di dompetnya.Duitnya tidak cukup untuk membeli tiket KA executive.Mau pakai ATM,bukankah ATM nya sudah diblokir sama Ibunya.Semenjak Nina dianggap tidak bisa mempertanggungjawabkan penggunaan keuangannya,maka Ibunya memblokir penggunaan ATM.Mau tidak mau Nina mesti menggunakan kereta api kelas ekonomi.Itu semua mesti dilakukan agar uang didompetnya masih tersisa untuk bekal diperjalanan.

Nina tidak menduga keadaan gerbong kereta kelas ekonomi begitu kotor dan pengap.Sebelumnya tak sekalipun Nina pernah naik kereta api kelas ekonomi.Biasanya kalau sekeluarga bepergian ke Yogya,mereka sekeluarga paling tidak naik bus VIP yang jelas lebih nyaman dari kereta kelas ekonomi.Untuk sejenak Nina menyesal telah menggunakan kereta ekonomi.Namun apa daya uang yang ada di dompetnya tidak mencukupi.Nina tidak tahu bagaimana nanti malam bisa tidur,jok yang sangat keras,sementara bapak tua dibelakangnya terus saja menghembuskan asap rokok.

Sedang apakah Mbak Rini dan Ibunya dirumah?Pasti Ibu dan Mbak Rini sedang berada di meja makan.Nina menggelengkan kepalanya.Barangkali mereka tidak merasa kehilangan Nina.Toh,selama ini Nina hanya pelengkap penderita di meja makan.Obrolan Ibunya tak jauh berkisar dari kegiatan Mbak Rini di kampusnya.Sedangkan Nina apa kegiatannya?Selain kegiatan pencinta alam,Nina lebih suka berkumpul dengan anak-anak band.Sebuah kegiatan yang tidak mampu membuat bangga Ibunya.Ibunya kelihatan tidak suka melihat teman-teman Nina.Apalagi dengan Aryo.Ibu marah besar ketika Aryo main ke rumah.Padahal gara-garanya hanya masalah sepele.Aryo mengenakan anting di telinga sebelah kirinya.Apakah baik buruk seseorang ditentukan oleh anting yang dikenakannya..Sedangkan Ibunya tidak pernah mempermasalahkan siapa teman Mbak Rini yang main ke rumah.Selalu saja Nina dianggap sebagai anak kecil sedangkan Mbak Rini selau dianggap sebagai orang dewasa.Bukankah umur mereka cuma berselisih 1 tahun? Seandainya Nina boleh tinggal dan bersekolah di Yogya alangkah senangnya.Ah…Nina mendesah pelan Mengingat semua itu membuat Nina semakin sebal.

Nina meluruskan kakinya.Sedari tadi Nina mencoba mencari posisi tidur yang nyaman.Meskipun sedemikian kerasnya Nina berusaha untuk tidur,namun matanya sangat sulit untuk dipejamkan.Dicobanya untuk membunuh waktu dengan bermain game ataupun mendengarkan musik dari ponselnya.Namun niatnya diurungkan,semenjak memasuki stasiun gambir tadi ponselnya sudah dimatikan.Nina tidak ingin diganggu suara Ibunya yang menelepon dengan nada tinggi dan penuh kemarahan.Nina mencibirkan bibirnya,diedarkan pandangan ke arah luar kereta.Keadaan di luar sana begitu gelap.Tak ada tanda atau papan nama yang menunjukkan sudah sejauh mana perjalanan.Nina melirik jamnya.”1 jam lagi sampai Yogya”,bisik Nina.

Sampai di Yogya keadaan masih gelap.Kereta tepat waktu sampai tujuan.Nina sengaja menunggu untuk turun belakangan agar tidak tergencet oleh penumpang yang berdesakan.Yogya masih sama keadaanya dengan beberapa saat lalu ketika Nina berkunjung ke tempat Eyang bersama Ayah ibunya.Nina merasakan kesenyapan,namun kali ini jauh senyap.Dihirupnya udara kuat-kuat.Selalu ada aroma lain ketika memasuki udara Yogya.

Nina bergegas,ditolaknya beberapa tawaran dari pengemudi taksi.Ayahnya pernah memberitahukan agar mengambil taksi di luar stasiun.Taksi di dalam stasiun selalu tidak pakai Argo,sementara taksi di luar stasiun selalu pakai argo.

Nina sudah tak sabar ketemu dengan Eyangnya.Eyangnya pasti kaget melihat Nina tiba-tiba muncul di depannya.Tapi,Nina juga ragu,jangan-jangan Eyangnya malah marah kepadanya.Sesampai di rumah Eyang Putri suasana masih sepi.Maklum saja hari masih sangat pagi dan Eyang Putri hanya tinggal berdua dengan Mbok Atmo.Sengaja Nina turun jauh dari rumah Eyang agar tidak mengagetkan Eyang.Lampu di ruang depan sudah menyala.

”Mungkin Eyang sudah bangun”,bisik Nina.

Benar perkiraan Nina,Eyang Putri sudah bangun.Terdengar suara Eyang Putri sedang berbicara dengan seseorang lewat saluran telepon.Nada-nadanya tinggi dan tegas.Nina menebak-nebak kepada siapa Eyangnya berbicara.

“Ning,kamu terlampau keras terhadap anak itu.Tak ada gunanya kamu menangis semalaman kalau kamu tidak merubah cara pendekatanmu.Tidak cukupkah Bowo kakakmu yang tak pernah akur dengan ayahmu.Ayahmu terlalu keras terhadap anak-anaknya yang nakal dan bandel.Itu bukan sebuah pengesahan bahwa kau pun boleh melakukan hal yang sama”.

Nina mengangguk-angguk,Eyang Putri tengah berbincang-bincang dengan ibunya. Rupanya Ibunya memberitahukan kepergian Nina kepada Eyang Putri.

“Ibu mencari-cariku”,bisik Nina lirih,”Mungkin ibu mengkawatirkanku.Mungkin juga ibu takut kena marah ayah”.

Nina mengurungkan niatnya mengetuk pintu.Semalaman penuh Nina gagal memejamkan matanya.Pelariannya menguras kebugaran fisik dan psikisnya.Tubuhnya penat dan letih.Nina membaringkan tubuhnya di lincak panjang tempat Eyang Putri duduk-duduk di sore hari.Diletakkannya tas sekolahnya sebagai bantal.Nina merasa tubuhnya menjadi lebih nyaman.Diluruskannya kakinya sementara tangannya bersilang di dada.Tak berapa lama terdengar dengkur halusnya,Nina tertidur membawa segenap keletihan jiwanya.

Mendadak Nina merasakan kecupan hangat di pipinya.Kecupan mendarat sangat pelan seolah takut membangunkan Nina dari tidurnya.Nina membuka matanya,nampak Eyang duduk disamping Nina berbaring.

“Eyang……”,bisik Nina.

Mata Eyang berkaca-kaca di usapnya kepala Nina dengan penuh kasih sayang.

“Mungkin semalaman Mbak Rini dan Ibumu tidak tidur.Mereka mencarimu ke rumah teman-temanmu.Ayahmu juga berkali-kali menelepon dari Surabaya menanyakanmu kalau-kalau kamu mampir ke Yogya.Apapun yang terjadi,percayalah kami semua menyayangimu”,suara Eyang bergetar.Sekali lagi Eyang mengecup pipi Nina.Nina membalasnya dengan pelukan yang kuat kepada Eyang Putrinya.

“Eyang….”,suara Nina kelu tertahan di tenggorokannya.

Nina membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Eyang Putrinya.Rasa hangat menjalari tubuh Nina.Saat ini hilanglah rasa kehampaan yang menghampirinya.Hilanglah perasaan takut kehilangan tempat berlindung yang selama ini dirasakannya.Entah nanti di Jakarta.