Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Memang lidah tidak bertulang...........

Wednesday, November 01, 2006

Memang lidah tidak bertulang...........

Membesarkan hati orang yang terkena musibah tentu tidak sama dengan sekedar menghibur. Membesarkan hati dengan tujuan agar yang terkena musibah lebih tegar dan tidak terpuruk dalam putus asa berkepanjangan.Sementara menghibur hanyalah sekedar melontarkan janji manis yang pada ujungnya belum tentu ditepati.Tujuan awalnya sama,yaitu sama-sama bertujuan agar musibah yang terjadi lebih disikapi dengan bijaksana ,namun efek yang ditimbulkan bisa saja berbeda.

Ketika gempa bumi melanda Yogyakarta dan sebagian kecil Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006,maka perhatian penuh diberikan untuk musibah ini.Seperti diberitakan oleh Tokoh Indonesia Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla di Jakarta Senin 29/5 menegaskan, pemerintah akan memberikan bantuan Rp 30 juta per keluarga untuk pembangunan kembali rumah penduduk yang rusak berat dan Rp 10 juta per keluarga untuk yang rumahnya rusak ringan. Wapres mengatakan, warga bisa membangun sendiri rumahnya secara bergotong-royong dan pemerintah membantunya dengan dana rekonstruksi, yang akan dikucurkan dalam 2 tahap.Di samping itu, menurut Wapres, pemerintah akan memberikan bantuan kebutuhan hidup sebesar Rp 1 juta per keluarga (jika satu keluarga mempunyai anggota lima orang) per bulan kepada sekitar 50.000 penduduk Yogyakarta dan Jawa Tengah yang menjadi korban bencana.

”Ajining diri jalaran soko lathi”,maka kata-kata wakil presiden itu bak mantra sakti penggugah semangat.Maklum saja kata itu dilontarkan oleh orang nomor 2 di negeri ini.Rumah-rumah yang mengkhawatirkan kondisinya untuk kembali dijadikan tempat tinggal dirobohkan.Secara bergotong royong puing-puing dibersihkan.Bagian-bagian rumah yang masih bisa dipakai dikumpulkan.Ironisnya,hal itu dilakukan tanpa perhitungan matang,tanpa dipilih mana bagian yang masih bisa dipakai dan mana bagian yang harus dirobohkan.Toh,tinggal menunggu waktu kapan bantuan dana rekonstruksi sebesar Rp. 30 juta akan turun.

Waktu berjalan,dari hitungan hari menjadi hitungan bulan,bantuan yang dijanjikan tidak kunjung turun juga.Malah terdengar kabar simpang siur yang mengatakan bahwa bantuan itu nilainya mengalami penurunan,tidak Rp. 30 juta,seperti yang pernah dilontarkan Wapres Yusuf Kalla.Di masayarakat bantuan itu menjadi teka teki tokek,apakah nilai bantuan itu sebesar Rp. 30 juta ataukah mengalami penurunan.

Akhirnya ketika teka teki itu terjawab sudah,bantuan dana rekonstruksi dari pemerintah bukan berjumlah Rp. 30 juta tapi Rp. 15 juta.Mekanismenya adalah di dalam masyarakat di bentuk Pokmas yang anggotanya terdiri dari 10 sampai 13 orang.Dalam tahap pertama bantuan itu akan turun sebanyak Rp. 6 juta.Sisanya akan diberikan dalam tahap berikutnya.

Banyak yang menggerutu karena ternyata dana rekonstruksi itu tidak seperti yang pernah dijanjikan.Apalagi yang rumahnya terlanjur dirobohkan tanpa sisa.Seorang teman dengan bersungut-sungut bertanya kepada saya,”Mas,Pak Jusuf Kalla mengucapkan selamat lebaran di tv ya?”.
“Memangnya kenapa?”,jawab saya.
“Saya kok kurang ikhlas kalau harus memaafkan Pak Jusuf Kalla.Pak Jusuf Kalla kan sudah tua,Mas,masa bohong”.
Saya tertawa,ini pasti soal dana rekonstruksi yang besarnya Rp 15 juta itu.
“Wis,yang penting kan dapat bantuan,kalau uang 15 juta tidak bisa untuk mendirikan rumah,ya dibikin irit ,dindingnya jangan pakai bata semua,sebagian pakai gedhek”.
“Tapi,masa bohong”,lanjut teman saya.
“Semua orang punya kemampuan untuk berbohong,entah itu pejabat,entah itu orang berpendidikan tinggi,entah itu rakyat jelata.Makanya jangan gampang percaya kepada omongan orang”.Teman saya nampak tidak puas,dengan tetap bersungut-sungut teman saya pun berlalu.Saya menyesal telah memberikan penjelasan yang salah.Kalau tidak boleh gampang percaya dengan pemimpin negeri ini,harus percaya kepada siapa lagi?.