Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: Anak anak yang pergi tak pernah kembali..........................

Thursday, October 19, 2006

Anak anak yang pergi tak pernah kembali..........................

Hari mulai menapak senja.Di jalanan nampak orang bergegas dengan masing-masing kesibukannya.Beberapa dari mereka tampak membawa barang-barang belanjaan yang besar.Ada juga yang membawa tas-tas ,nampak mereka baru saja melakukan sebuah perjalanan.Terlihat wajah-wajah lelah,namun menyiratkan perasaan puas dan lega.Hari ini kesibukan menyapu lengangnya kampung,maklum saja hari ini adalah satu hari menjelang lebaran.

Mbah Ratminah masih saja berdiri di beranda rumah.Pandangannya lurus ke jalan memasuki rumahnya.Ditatapnya satu persatu orang-orang yang lewat di depan rumahnya.Mbah Ratminah berharap ada salah satu wajah yang sangat dirindukannya,anak-anak tercintanya yang telah bertahun-tahun di rantau orang.Namun,sekali lagi Mbah Ratminah hanya menghela nafas.Tak satupun dari mereka yang lewat adalah orang yang sangat dirindukannya.Sesekali terdengar sapaan anak–anak tetangga yang baru pulang mudik.”Bagaimana kabar Hery,Yanti,Sri dan Nining”,desis Mbah Ratminah.”Mungkin mereka sudah mempunyai anak,kalau begitu aku sudah mempunyai cucu”,tanpa terasa mata Mbah Ratminah berkaca-kaca.

Mbah Ratminah tinggal sendiri di rumah itu.Sejak suaminya meninggal puluhan tahun silam,Mbah Ratminah sendirian menghidupi dan membesarkan anak-anaknya.Penghasilannya sebagai seorang Guru SD diupayakan cukup untuk membiayai kehidupannya bersama ke empat anaknya.Disiplin tinggi yang ditanamkan membuat anaknya terlatih hidup mandiri.Beruntung Mbah Ratminah mempunyai anak-anak yang cerdas.Hingga Mbah Ratminah memasuki pensiun,anak-anaknya pun mulus menempuh jenjang pendidikan dan mendapatkan pekerjaan.Mbah Ratminah sangat bangga dengan anak-anaknya.

Mbah Ratminah sangat sadar.Tidak selamanya anak-anak itu akan menjadi miliknya.Tugasnya sebagai Ibu adalah mengandungnya,merawatnya dan membesarkannya.Suatu saat anak-anak itu akan mempuanyai dunia sendiri.Maka ketika anak sulungnya,Heri diterima bekerja di sebuah BUMN di tanah Sumatera,Mbah Ratminah sadar,sudah saatnya Hery akan memasuki dunianya sendiri.Dan itu pertanda Hery akan berada jauh dari Mbah Ratminah.Dengan berat hati Mbah Ratminah melepaskan kepergian Heri.

Sejak saat itu,satu persatu anak-anak Mbah Ratminah mulai pergi memasuki dunianya sendiri.Satu persatu anak-anak perempuan Mbah Ratminah mulai dipersunting laki-laki.Jodoh dan nasib manusia merupakan misteri Tuhan.Dan misteri itulah yang kini menimpa Mbah Ratminah.Anak-anak perempuan Mbah Ratminah lebih memilih dipersunting laki-laki dari pulau seberang.”Pergilah,kamu harus berbakti kepada suami kamu”,begitu nasihat Mbah Ratminah kepada Yanti.Demikian juga hal yang dikatakan Mbah Ratminah kepada Sri dan Nining.Meski berat,Mbah Ratminah harus melepaskannya pergi.Anak-anak itu bukan miliknya lagi.

Di tahun-tahun pertama,surat-surat anaknya masih sering berdatangan.Menceritakan keadaan mereka di sana,menanyakan kabar Mbah Ratminah di rumah.Di akhir bulan,saat diman anak-anaknya sering berikirm surat,adalah saat-saat yang ditunggu Mbah Ratminah.Membaca surat dari anak-anaknya sama saja dengan mengenangkan terjal perjalanan yang telah mereka tempuh.”Anak-anak yang pintar dan cerdas”,kata Mbah Ratminah sembari menerawang.Rasanya baru kemarin anak-anak itu menjadi besar.

Namun sejak tiga tahun belakangan ini,surat-surat itu mulai jarang menyambangi Mbah Ratminah.Entah apa yang terjadi,ketika Heri mulai jarang berkirim surat,begitu juga yang dilakukan oleh Yanti,Sri dan Nining.Terkadang Mbah Ratminah berpikir bahwa sesuatu yang buruk menimpa mereka.Namun Mbah Ratminah menepis pikiran itu.”Anak-anakku adalah anak-anak yang kuat”,bisik Mbah Ratminah.

Menjelang lebaran,seperti halnya saat ini adalah saat yang sangat dirindukan Mbah Ratminah.Mbah Ratminah mengangankan dimana pada hari lebaran yang membahagiakan ini,seluruh anak-anaknya berkumpul di rumah bersama.Mbah Ratminah hanya bisa menatap iri,ketika melihat riuh rendah suasana lebaran di tetanggnya.Sedangkan di rumah Mbah Ratminah,sama seperti tahun-tahun yang lalu,Mbah Ratminah selalu merayakan lebaran sendirian.

Mbah Ratminah masih saja berada di beranda rumah. Berkali-kali matanya berkerjap-kerjap untuk menajamkan pandangan ketika hari sudah memasuki gelap. Dia masih saja berharap ada bayangan orang berkelebat memasuki halapaman depan rumahnya,entah itu Heri,Yanti, Sri atau Nining.Namun sampai hari menjadi gelap,tak satupun ada orang memasuki halaman rumahnya.

Allohuakbar....allohuakbar.........

Terdengar azan maghrib berkumandang,Mbah Ratminah tersentak,waktu berbuka puasa telah tiba.Mbah Ratminah perlahan menuju meja makan.Perlahan disendoknya semangkok kolak ,sesuap demi sesuap.Suasana sangat hening.Terdengar sayup suara petasan dan takbir dari speaker masjid.Mbah Ratminah melayarkan angannya dan terdampar dalam kesunyian yang amat panjang.