Photobucket - Video and Image Hosting catatan kecil birunya langit: February 2007

Wednesday, February 21, 2007

Rasa sakit itu...................

Rasanya tak ada yang berubah dari penampilan Ibu.Ibu masih saja memiliki tubuh yang kukuh dan sorot mata yang berenergi meskipun telah memasuki usia 64 tahun.Seperti pagi itu ketika aku menjemput Ibu di pemberhentian bis antar kota,tak sedikitpun kelelahan terlihat di wajahnya,meskipun Ibu baru saja menempuh 12 jam perjalanan darat dari Yogyakarta ke Tangerang.

“Sugeng,Bu”,begitu sapaku seraya menjabat tangannya.

“Piye kabarmu,Le…?”,Ibu masih saja menyapaku dengan sebutan Le,meskipun umurku sudah setua ini.”Ningsih dan Nuning juga sehat kan?”,Ibu menanyakan kedua adikku yang memang tinggal bersamaku.

Ketika aku mencium mencium tangannya,tangannya masih terlihat kukuh seolah tak berbeda dengan tangan yang selalu memelukku di masa kanak-kanak dulu.Tangan yang selalu membuat kami akan merasa nyaman berada di dekatnya.Entah sejak kapan mulainya,yang jelas semenjak ayah tidak lagi tinggal bersama kami,kami berlima selalu tidur bersama di sebuah dipan besar.Ibu akan selalu tidur di tengah.Aku dan Mas Herman,kakak sulungku tidur di sisi luar,sementara Ningsih dan Nuning,kedua adikku berada persis di damping Ibu.Kebiasaan Ibu yang akan selalu kami ingat adalah ketika tidur tangan Ibu selalu membentang bak sebuah sayap menggapai tubuhku dan tubuh Mas Herman yang berada di sisi luar.Sehingga kami berempat selalu tidur sembari menggenggam tangan Ibu.

Ibu adalah seorang pekerja keras.Sebuah kebun kelapa dan sawah warisan dari kakek dan nenek dikelolanya dengan baik.Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,Ibu membuka sebuah toko kelontong.Toko yang cukup ramai karena persis di persimpangan jalan tempat orang kampung berlalu lalang.

Tak jelas benar mengapa ayah tak lagi tinggal bersama kami.Waktu itu otak kecilku belum mampu mencerna apa yang terjadi di tengah keluarga kami.Pernah aku mencoba bertanya kepada Ibuku.

“Bu,mengapa ayah tak lagi tinggal bersama kita?”.

Ibu menghela nafas panjang dan menjawab tanpa ekspresi,”Tidak usah kau pikirkan mengapa ayahmu tidak tinggal lagi bersama kita.Tanpa ayahmu pun suasana rumah kita tetap semarak”.

Dan biasanya aku tak berani lagi bertanya lebih lanjut.Namun dari beberapa orang tetangga aku pernah mendengar sebuah cerita bahwa Ayahku tergoda dengan gadis dari desa sebelah dan pergi ke pulau seberang.Aku juga tidak mengetahui apa artinya tergoda,rasanya tidak ada wanita lain yang kecantikannya melebihi Ibuku.

Dalam keseharian tak ada waktu bagi Ibu untuk bersantai-santai.Setelah menyiapkan sarapan untuk kami ,Ibu akan membuka toko.Di saat-saat tertentu sepulang dari sekolah biasanya kamilah yang bergantian menjaga toko tersebut.Baru pada saat itulah Ibu punya kesempatan untuk melihat keadaan kebun dan sawah,kapan sawah mesti dipupuk dan kapan hasil kebun mesti dipanen.Sore hari sehabis mengaji di surau,Ibu akan mengawasi kami untuk belajar.Harus selalu ada waktu untuk belajar,meski hanya 1 jam kami mesti menyempatkan diri untuk mengulang pelajaran di sekolah.Ibu akan marah besar bila kami melewatkan waktu belajar tersebut.Terkadang kami iri bila menyaksikan teman-teman lain bisa bebas bermain tanpa mempunyai kewajiban untuk belajar.Sesekali waktu kami mencuri kesempatan untuk sekedar bisa bermain-main.Dan sebuah tepukan di pantat sebagai sebuah bentuk hukuman atas kenakalan kami telah cukup membuat kami untuk menangis.

Namun kekakuan Ibu dalam mendidik kami berbuah.Setidaknya kami menyelesaikan sekolah tepat pada waktunya.Meskipun cuma sampai D3,namun itu sudah cukup untuk mendapatkan pekerjaan.Sayangnya kami gagal mendapatkan pekerjaan di Yogya.Bermula dari Mas Herman diterima di sebuah perusahaan di Tangerang,maka kami satu persatu menyusul ke Tangerang.Ketika Nuning,adik paling bontot,lulus sekolah,aku berusaha menahannya agar tidak ikut-ikutan mencari pekerjaan di Tangerang dan tetap tinggal di rumah untuk menemami Ibu.Namun,justru Ibulah yang mendorong Nuning untuk mengikuti jejak kakak-kakaknya.Ibu tidak mau hanya karena berkemauan menjaga orang tuanya,Nuning gagal mencari pekerjaan.

“Masmu Herman tidak ikut menjemput,Le?”,tanya Ibu mengagetkan aku dari lamunan.Aku berpura – pura tidak mendengar pertanyaan Ibu dan mencoba mengalihkan perhatian Ibu sembari merapikan barang-barang bawaannya.Menjawab pertanyaan Ibu sama saja membuka perbincangan yang panjang tentang kakak sulungku.Sebenarnya itulah alasan utama mengapa Ibu memaksakan diri datang ke Tangerang.

“Apa tidak terpikir di pikiran Herman rasa iba terhadap anak-anaknya?”,kata Ibu setengah menggumam seperti tidak meminta jawaban.

Tiba-tiba HP ku bergetar.Di layar tertera tulisan rumah.”Sudah ketemu Ibu,Mas?”,suara istriku di seberang.

“Sudah,ini sedang membenahi barang bawaan Ibu”.

“Siapa,Le”,tanya Ibu.

“Nunik,Bu?”,jawabku sembari memberikan HP ku ke Ibu untuk memberi kesempatan istriku memberi salam kepada Ibuku.

“Nik”,kata Ibuku setelah saling menanyakan kabar dengan istriku.”Ibu langsung ke rumah Masmu Herman.Ibu ingin sekali bertemu Herman”.

Nampaknya istriku berusaha mengarahkan Ibu agar mampir ke rumahku dulu.Demikian juga keinginanku.Aku ingin agar Ibu dalam usianya yang sudah sepuh ini tidak terbebani dengan masalah keluarga Mas Herman.Sudah cukup rasanya Ibu mengawal pertumbuhan kami selama ini.

Istriku masih saja berusaha mendebat Ibu.dari pembicaraan yang ada,nampaknya setelah istriku gagal membujuk Ibu,gantian Nuning yang berbicara dengan Ibu.Ibu tetap bersikeras untuk langsung menuju rumah mas Herman.Melihat kekerasan kemauan Ibu,aku tidak berusaha untuk membujuknya.

Perlahan aku memacu sepeda motorku mengarah ke rumah Mas Herman.Sesekali Ibu masih berbincang mengenai Mas Herman.Namun suara Ibu yang tertelan keriuhan lalu lintas membuat aku hanya bisa sesekali mengangguk dan menggelang.

Mas Herman,demikian nama kakak sulungku,adalah kebanggaan kami.Setelah bekerja,Mas Herman banyak membantu biaya keluarga kami.Setelah berumah tangga dan seiring kelahiran kedua anaknya,keuangannya makin lama semakin membaik.Namun seiring membaiknya keuangan rumah tangganya,justru masalah-masalah kecil mulai timbul.Mulai bantuan keuangan kepada keluarga dipermasalahkan oleh istrinya.Sampai kebiasaan istrinya yang gemar membelanjakan uang secara berlebihan.Mas Herman pernah bercerita kepadaku,bahwa sebagai suami dia tidak ingin menyembunyikan penghasilannya.Berapapun uang yang dia dapatkan selalu diberikan kepada istrinya.Namun mulai saat itulah istrinya mulai bertindak otoriter.Anggaran untuk keperluan Mas Herman mulai diperketat.Akhirnya mulai dari situlah sering timbul percekcokan kecil.

Sampai kemudian terdengar kabar Mas Herman memiliki wanita idaman lain dan ingin melakukan poligami.Tidak jelas siapa wanita itu dan dimana dia tinggal.Yang jelas masalah itu menjadi puncak dari hiruk pikuk dan keruwetan rumah tangga.Sebentar-sebentar telepon di rumah berdering berasal dari Mbak Yati,istri Mas Herman,yang mengadukan permasalahan rumah tangganya kepadaku.Sebenarnya aku sudah berusaha menengahinya,namun Mas Herman justru berharap aku memaklumi tindakannya,toh agama memperbolehkan berpoligami.Kalau kemudian Ibu mendengar masalah ini dan akhirnya berusaha turun tangan,mungkin Nuning atau Ningsih yang memberitahukannya.

Sesampainya di rumah Mas Herman suasana nampak sepi,mungkin anak-anak sudah berangkat ke sekolah.Nampak Mas Herman dan Mbak Yati tergopoh-gopoh menyambut kedatangan Ibu.

“Wis..wis,Ibu ingin segeran duduk,”kata Ibu ketika Mbak Yati masih berbasa-basi menanyakan kabar di Yogya.Mas Herman dan Mbak Yati mengiringi Ibu masuk ke dalam rumah.Sementara aku menurunkan barang bawaan Ibu dari sepeda motor.

Belum juga lima menit Ibu duduk,Ibu mulai berbicara dengan nada-nada tegas mengenai permasalahan mas Herman.Bahkan teh hangat yang disajikan Mbak Yati tidak sekalipun disentuh Ibu.Keduanya hanya bisa terdiam.Sesekali Mbak yati menimpali perkataan Ibu karena merasa ada pembelaan terhadapnya.Namun justru Ibu mulai memberikan petuah-petuah kepadanya.Petuah bagaimana menjadi istri yang baik dan bisa menentramkan suami.Aku memilih duduk agak menjauhi sembari menikmati rokok kretek kegemaranku.Toh,tak banyak gunanya aku duduk dekat untuk berbincang.

“Man,kamu sudah besar sewaktu ayah pergi meninggalkan kita,”suara Ibu terdengar mulai lirih.

”Kamu mungkin sudah tahu,ayahmu memilih meninggalkan kita semua demi seorang gadis dari desa sebelah,”suara Ibu mulai tersendat.Ibu nampak berusaha menahan perasaannya.

“Man,jangan kamu kira Ibu tidak merasakan sakit yang luar biasa atas tindakan ayahmu itu.Ibu merasakan sakit yang amat sangat”,mata Ibu mulai nampak menggenang.

“Namun rasa sakit itulah yang membuat Ibu bertahan.Rasa sakit itulah yang membuat ibu terpacu semangatnya untuk bekerja keras.Rasa sakit itulah yang membuat itu ingin membuktikan bahwa tanpa ayahmu pun Ibu bisa membesarkan kamu”,Ibu mulai tersedu lirih seiring air mata yang mulai mengalir dari sudut matanya.

“Ketika Ibu sudah bisa melupakan semuanya seiring kalian yang sudah tumbuh dewasa,ketika Ibu sudah mulai bangga kepada kalian,kamu malah membangkitkan kembali luka Ibu”,Ibu berusaha menghapus air matanya dengan lengannya.

Suasana nampak kikuk dan hening.Mas Herman dan Mbak Yati tak kuasa mengangkat mukanya.Tak terasa mataku mulai memanas dan mulai basah. Buru-buru aku beranjak ke teras,kutahan agar air mata mata itu tak menitik.Setelah sekian lamanya,baru kali inilah aku melihat Ibu menangis.Di ruang tamu nampak Mas Herman sungkem kepada Ibu dan memohon maaf.Aku melangkahi gontai,hidup memang bukan kita yang menyusun kisahnya.

Tuesday, February 20, 2007

Angel Lelga dan sewotnya kita.......................

Konon,tidak ada kata di dunia ini yang tepat bisa menggambarkan apakah sebenarnya cinta itu.Karena cinta tidak berwujud,maka cinta tidak bisa diraba dan tidak bisa pula disentuh.Cinta adalah sebuah cita rasa yang hanya hati yang bisa menikmatinya.Noe,vokalis Letto,mengatakan bahwa cinta adalah bagian dari surga yang tidak bisa diduga kapan datangnya.Begitu datang maka datanglah cinta tersebut karena pada hakikatnya cinta tidak mengenal sebab akibat.

Mungkin Letto terlalu berutopia tentang cinta.Cinta yang mendayu-dayu dalam romantisme gombal yang mungkin hanya sebagian kecil saja orang bisa mengalaminya.Realitanya cinta banyak disederhanakan dengan hubungan sebab akibat.Bahkan ketika ikatan cinta itu berupaya dilekatkan dalam sebuah lembaga pernikahan maka hubungan sebab akibat itu haruslah ada.Tinggal sejauh mana kita berani jujur kepada diri sendiri untuk mengaktualisasi apa sebenarnya keinginan kita.

Maka seperti yang jamak terjadi,memilih pasangan yang merupakan sebuah syarat melabuhkan cinta mesti juga berdasarkan sebuah sebab akibat.Atau juga bisa sebaliknya sebab akibatlah yang menyebabkan kita memilih pasangan tanpa perlu lagi menerjemahkan cinta sebagai dasar sebuah hubungan.Sejumlah kriteria haruslah ada,bahwa orang itu mestilah baik,meskipun pengertian baik disini adalah baik dalam pandangan subyektif kita,sifat baik yang menguntungkan kita.Bahwa orang itu mesti mapan yang juga berarti sebuah jaminan akan masa depan yang lebih baik,karena ukuran kemapanan adalah sejauh mana penghasilan bisa mendapatkan simbol kemapanan itu sendiri.

Akhirnya menjadi kelaziman rahasia umum bahwa wanita mendasarkan pilihan pasangannya kepada pria yang jauh lebih mapan.Kalau kemudian Cut Keke memilih menjadi istri kedua pengacara Malik Bawazier tentunya itulah ungkapan jujur Cut keke terhadap keinginan hatinya.Demikian juga dengan Mayangsari,kalau kemudian Mayangsari rela menjadi istri simpanan Bambang Tri Hatmodjo,itu juga tak lebih dari ungkapan jujur dari naluri wanita dalam memilih pasangannya.Sebuah naluri yang menganggap pondasi kebahagiaan rumah tangga adalah bergelimang dengan harta.

Sayangnya kita menjadi lupa bahwa kejujuran terhadap keinginan diri itu seolah menjadi milik kita.Ketika orang lain berbuat serupa,kita menjadi sewot karenanya.Televisi sejak hari Minggu lalu tak bosan-bosannya memberitakan pernikahan siri antara Angel Lelga dengan seorang pengusaha dari Kalimantan.Komentar miring berhamburan.Apalagi kasus pernikahan siri ini mengingatkan kita dengan kasus serupa beberapa waktu lalu yang juga melibatkan Angel Lelga.

Kita selalu menerapkan standar berbeda tentang moral.Kalau orang lain menikah dengan pengusaha kaya,kita menyebutnya dengan wanita matre.Sementara ,bukankah kita sendiri di keseharian juga sangat menginginkan materi..Dalam format yang lain kita pun sering mendasarkan pemilihan pasangan kita kepada sejauh mana kemapanan seseorang.Bedanya kita selalu malu-malu dalam mengungkapkannya,sementara Angel Lelga lebih lugas dalam mengatakannya.Kalau kemudian Angel Lelga sampai dua kali melakukan pernikahan yang menghebohkan itu,maka mungkin itulah profesinya.Kita tunggu saja masih adakah orang ke tiga yang bisa dijerat cinta semu Angel Lelga?Sebenarnya saya pun berminat untuk berada dalam jeratan Angel Lelga,sayangnya saya tidak cukup mapan untuk menarik Angel Lelga mendekat..

Monday, February 19, 2007

Kritik atau sekedar mulut nyinyir.................?

Pada dasarnya kritik adalah sebuah saran untuk memperbaiki sebuah kebijakan atau langkah-langkah perjalanan sebuah organisasi,lembaga bahkan dalam perjalanan kehidupan manusia itu sendiri.Kritik juga merupakan bentuk pendapat dari sudut pandang berbeda yang diharapkan menjadi penyempurna dari kebijakan atau langkah-langkah tersebut agar nantinya segenap kesalahan yang dilakukan tidak terulang dan kebijakan berjalan lebih efektif dan tepat sasaran.Tentu saja ini semua berkaitan dengan sifat dasar kehidupan yang tidak pernah sempurna dan mesti selalu ada perbaikan dari waktu ke waktu.Agar lebih efektif kritik dilancarkan tanpa semangat untuk menyalahkan pihak lain dan tanpa merasa menjadi pihak yang paling benar.

Di masa Orde Baru,dimana kebebasan berpendapat tidak sepenuhnya bisa dinikmati,kritik menjadi sesuatu hal yang langka dan bak sebuah lentera di kepekatan malam.Kritik menjadi nuansa lain di tengah keseragaman pendapat yang terbungkus dalam musyawarah untuk mufakat.Tak heran kalau pada saat itu mereka yang berani melancarkan kritik sempat menjadi idola bagi sebagian kalangan.Dr. Sri Bintang Pamungkas adalah salah satu orang yang gemar melancarkan kritik terhadap kebijakan pemerintah di masa Orde Baru.Dia menjadi simbol dari semangat untuk mendobrak kebuntuan politik yang ada.Ketika Sri Bintang Pamungkas memutuskan masuk PPP,sebuah hal yang langka dimana PNS waktu itu menganut sistem monoloyalitas kepada satu kekuatan politik yaitu Golkar,maka kampanye PPP yang menampilkan Dr. Sri Bintang Pamungkas selalu dipenuhi pengunjung.

Masa reformasi ditandai dengan dibukanya kran kebebasan berpendapat.Maka pada saat itulah mulai banyak tumbuh penerbitan media pers.Sajian media cetak pun menjadi cenderung lebih berani dan lugas.Kritik tidak lagi menjadi sesuatu yang langka.Setiap hari kita menyaksikan silang pendapat terhadap sesuatu hal.Para pakar ekonomi,politik mendadak laris di media.Mereka lebih sering terlihat tampil baik di televisi atau pun media cetak.Kehadiran mereka menambah hiruk pikuk suasana dan terkadang cenderung lebih mendatangkan kebingungan karena analisisnya yang sering bersifat teknis dan tidak sepenuhnya dipahami masyarakat awam.

Lama-lama kritik bergeser fungsinya.Pertarungan antar kekuatan politik dalam memperebutkan berbagai macam kepentingan membuat kritik menjadi senjata lain yang bisa dipergunakan.Kritik tidak lagi berfungsi sebagai pengendali atau kontrol untuk menuju sebuah perbaikan.Tetapi kritik berubah menjadi sarana untuk memperlemah kekuatan lawan.Kritik berjalan tidak proporsional dan terkesan asal bunyi.Bahkan kemudian mulut kita menjadi nyinyir untuk gampang mengomentari langkah orang.Setiap langkah lawan politik dimata-matai untuk menemukan sebuah kesalahan yang bisa dijadikan sasaran tembak.

Mungkin masih ada yang ingat dengan sebuah kejadian di masa pemerintahan Megawati dengan Hamzah Haz sebagai Wakil Presidennya.Pada waktu itu rombongan Wapres terjebak dalam sebuah kemacetan di jalan Jendral Sudirman.Entah siapa yang berinisiatif,yang jelas tiba-tiba rombongan wapres memotong jalur dan menggunakan jalur busway.Esoknya peristiwa itu menjadi headline berita di beberapa surat kabar.Dikatakan rombongan Wapres menjadi contoh buruk dalam berdisiplin.Padahal Wapres sebagai orang pemerintahan nomor 2 memang mempunyai hak istimewa yang dijamin undang-undang,apalagi dalam kondisi darudat seperti itu.Terlalu berlebihan rasanya seandainya Wapres mesti menunggu berjam-jam antri dalam kemacetan lalu lintas sementara sejumlah agenda kenegaraan mesti segera dihadiri.

Belakangan ketika banjir menggenangi Ibu Kota,beberapa pihak yang mencoba peduli terhadap banjir justru menerima hujan kritik dan dituding mengeksploitasi korban banjir.Seorang calon bupati di Bekasi mesti gigit jari ketika bantuannya terhadap korban banjir dianggap sebagai kampanye terselubung.Presiden SBY yang berbasah –basah dengan meyeberangi genangan air di Kampung Melayu,dituding melakukan tebar pesona tanpa memberi solusi yang berarti.Sebuah produsen jamu yang memberi bantuan kepada para korban banjir justru dituding memanfaatkan para korban banjir sebagai sarana mendongkrak penjualan produk.

Kritik memang lain dengan mulut nyinyir.Kalau kritik bertujuan untuk memperbaiki keadaan,maka mulut nyinyir tak lebih sebuah tudingan penuh prasangka.Padahal setiap permasalah mesti diselesaikan dengan tindakan bukan hanya sekedar menganggap kecil upaya pihak lain yang nyata-nyata telah melakukan tindakan nyata.Mulut nyinyir lebih berbicara kepada sejauh mana kepentingan ego terwakili.Ketika kepentingannya tidak terwakili maka sejuta komentar akan dilancarkan.Namun ketika kepentingannya diakomodasi,mereka lebih memilih bungkam seribu bahasa.Perlukah sebuah tindakan baik dan bermanfaat mesti kita persoalkan niatnya?Entah benar mungkin si calon bupati tadi memang berniat berkampanye,atau entah si produsen jamu tadi memang niat berpromosi,toh pada dasarnya mereka memberikan bantuan yang memang nyata-nyata dibutuhkan para korban banjir.Mungkin,tidak perlu rasanya memberi komentar berlebihan apalagi dalam suasana duka akibat musibah bencana.Barangkali kita merasa selalu lebih hebat dari orang lain dan menjadikan mulut kita selalu nyinyir untuk berkomentar penuh prasangka.

Thursday, February 01, 2007

Bukankah cinta hanyalah manipulasi rasa............?

Banyak ragam definisi tentang cinta.Menurut Wikipedia cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang atau juga sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Sebenarnya cinta berkehendak untuk mencapai cita-cita ideal tentang mengapa hasrat cinta itu mesti lahir.Namun dalam perjalananya cinta menjadi tiang penyangga yang rapuh dengan berbagai macam kehendak.Karena cinta membagi perasaan,maka cinta juga terlalu berharap mendapatkan pembagian perasaan serupa.Karena cinta berupa pengorbanan dan pemberian kasih sayang,maka cinta juga menuntut mendapatkan hal sama.

Kita terkadang terlalu berharap untuk membuat tembok tebal pemisah antara cinta dan nafsu.Meski sebenarnya kehendak cinta bisa saja timbul karena hasrat dorongan nafsu atau mungkin juga sebaliknya.Kita terlalu berharap dengan terpisahnya cinta dan nafsu maka cinta akan lebih bertahan lama dalam episode romantik yang membara seperti layaknya cerita film dan sinetron.Kita terlalu berharap cinta akan memberi sinar terang dalam pekatnya malam untuk kemudian menjadi kecewa karena sinar terangnya menjadi tak berarti apa-apa diterik siang bolong.

Seorang teman mengatakan bahwa cinta tak lebih dari sekedar manipulasi rasa.Rasa suka,cinta dan benci begitu tipis jaraknya.Maka tidaklah menjadi mengherankan kalau akhirnya cinta hanya menjadi sekelumit kisah yang tak berarti apa-apa.Indahnya cinta sama misteriusnya dengan cinta itu sendiri.Semakin kita tidak mengenal pasangan cinta,semakin terpupuklah rasa cinta itu.Karena begitu kita mengenal lebih dekat pasangan kita,maka segenap kelemahan-kelemahan dan ketidakcocokan itu semakin terlihat di depan mata.

Cinta berbanding lurus dengan rasa penasaran,kata teman tadi melanjutkan.Kalau rasa penasaran bisa diukur dengan sebuah angka skala dari 1 sampai 10,maka ketika dalam sebuah hubungan cinta,masing-masing pribadi masih berseliput misteri,di situlah angka penasaran menunjuk angka 10.Dan pada saat-saat itulah indahnya cinta akan lebih terlihat.Seiring perjalanan waktu yang membuat masing – masing pribadi semakin mengenal dekat,maka skala penasaran itu semakin turun dari hari ke hari.Seiring itu pula cinta menjadi semakin hambar rasanya.

Begitu tipisnya batas antara rasa kebencian dan cinta.Sekonyong-konyong cinta berubah menjadi kebencian,namun sekonyong-konyong pula kebencian beralih menjadi cinta.Bukan sejauh mana rasa berbicara karena pada hakikatnya kitalah yang memanipulasi rasa itu sehingga menjadi cinta atau benci.Cinta karena harapan yang ingin diraih dan benci ketika harapan tak sepenuhnya terpenuhi.Dengan demikian mengharapkan sebuah cinta dengan predikat cinta sejati hanyalah meruwetkan jalan kehidupan.Menikmati cinta dengan cara yang sangat sederhana,toh cinta hanyalah sebuah manipulasi perasaan.